Pondok Pesantren Nurussa’adah didirikan pada tahun 1992 oleh KH. Abdullah Harits Jauhari (w. 2010), seorang ulama yang memiliki visi besar dalam mencetak generasi Qur’ani yang berilmu, berakhlak mulia, dan bermanfaat bagi masyarakat. Sejak awal berdirinya, pesantren ini menjadi pusat pendidikan Islam yang menekankan pada pembelajaran Al-Qur’an, turats (kitab kuning), dan penguatan karakter santri.
Setelah wafatnya pendiri, kepemimpinan pesantren dilanjutkan oleh Ny. Hj. Mubiroh Bunyamin, yang akrab disapa Umi Iroh, bersama putra-putri beliau: Gus Muhammad Lutfi, Gus Khoiruzzad, Ning Naelatus Sa’adah beserta suaminya Ust. Yusup Ridwan, serta Ning Syahrozzad.
Umi Iroh sendiri dikenal sebagai seorang pendidik sekaligus penjaga Al-Qur’an yang kharismatik. Beliau merupakan murid dari KH. Muntaha Al-Hafiz (Kalibeber, Wonosobo), salah satu ulama besar ahli qira’ah Al-Qur’an. Putra-putri beliau pun tumbuh dengan latar belakang keilmuan pesantren serta pendidikan akademik modern, dengan fokus mendalami ilmu-ilmu Al-Qur’an.
Kurikulum pendidikan di Pondok Pesantren Nurussa’adah disusun secara integratif dengan tiga pilar utama:
Pendidikan Al-Qur’an
Program tahfidz Al-Qur’an dengan target mencetak hafidz dan hafidzah setiap tahun.
Pembinaan bacaan sesuai kaidah tajwid dan tahsin.
Pemahaman tafsir dan ulumul Qur’an.
Pendalaman Turats (Kitab Kuning)
Kajian fiqih, aqidah, tasawuf, bahasa Arab, serta ilmu-ilmu keislaman klasik.
Pendekatan talaqqi (transfer ilmu langsung dari guru ke santri) sebagai tradisi pesantren.
Pembentukan Akhlak dan Karakter
Penekanan pada pembiasaan ibadah, adab, dan akhlakul karimah.
Kegiatan keorganisasian santri untuk melatih kepemimpinan dan kemandirian.
Sejak berdiri hingga kini, Pondok Pesantren Nurussa’adah telah melahirkan banyak hafidz dan hafidzah yang tersebar di berbagai daerah. Fokus utama pesantren ini adalah menanamkan nilai-nilai Qur’ani, memperkuat tradisi keilmuan Islam klasik, dan mencetak generasi muslim yang siap berkhidmat kepada agama, bangsa, dan masyarakat.